RANGKUMAN
BUKU KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK
Karya Harun Joko Prayitno

A. Ihwal Kesantunan Sosiopragmatik

    Kajian pemakaian bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan kesantunan berbahasa baru muncu tahun 1990, kajian ini juga masih bersifat umum. Pembahasan ihwal studi Kesantunan Sosiopragmatik didasarkan pada : 1.) tindak berbahasa 2.) kelangsungan dan kesantunan bertutur 3.) kesantunan berbahasa

B. Prinsip dan Kaidah Kesantunan Sosiopragmatik

     Dalam percakapan, penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan lancar karena mereka memiliki latar belakang pengetahuan yang sama terhadap sesuatu yang dipertuturkan. agar pembicaraan tersebut saling berhubungan perlu beberapa prinsip utama yaitu : 

• Prinsip kerjasama (PKS)

         Dalam studi pragmatik dikenal dua cabang yang saling berkaitan dengan fungsi bahasa Halliday (1992) yaitu fungsi interpersonal dan fungsi tekstual. Sedangkan menurut grace (1981) dalam pelaksanaan prinsip kerjasama dalam berkomunikasi penutur harus memiliki empat maksim yaitu : 

       1) maksim kuantitas, artinya sampaikan informasi sebaik mungkin yang dibutuhkan. 

       2) maksim kualitas, artinya berikan informasi yang sebenar mungkin.

       3) maksim relevansi, artinya berkatalah sesuai dengan permasalahan yang ada.

       4) maksim cara, artinya berkatalah yang jelas dan hindari ambiguitas.

• Prinsip sopan santun (PSS)

      Prinsip kesopansantunan ini menurut leech (1983) memiliki beberapa maksim yaitu : maksim kemurahan, maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian.   

• Serta satu prinsip tambahan yaitu prinsip ironi (PI)

          Menuru Leech (1983) ironi pada hakikatnya bentuk dari bela diri yang memadukan seni menyerang dan keluguan. Jadi fungsi ironi adalah apabila prinsip kesopanan tidak dapat dipertahankan kehancuran akan mengenai kedua belah pihak ( penutur dan mitra tutur ) tuduhan akan dibalas tuduhan, ancaman akan dibalas ancaman dan seterusnya.